KEARIFAN DI SITU
WANAYASA DAN DIJADIKANNYA TEMPAT WISATA
Latar Belakang Penulisan
Bersumber dari kamus bahasa dan pemikiran penulis secara
umum, tempat wisata merupakan suatu tempat yang biasa dikunjungi orang banyak secara
bersamaan atau sendiri dari kota tersebut maupun dari kota lain atau negara
lain, kunjungan ini bertujuan memperluas pengetahuan, hiburan ataupun terapi
dalam hal tertentu, misalnya yaitu terapi phsycologi seseorang. Tempat wisata
dapat dibedakan menjadi tiga jenis tempat wisata, seperti tempat wisata alam,
tempat wisata budaya, dan tempat wisata buatan. Tempat wisata alam misalnya;
pegunungan, tebing-tebing, gua, danau, air terjun, laut, dsb. Tempat wisata
budaya misalnya museum seperti Musium Fatahilah-Jakarta, Candi Borobudur-Yogyakarta,
dsb. Tempat wisata buuatan misalnya; kolam air seperti Water Park Jungle-Bogor,
taman rekreasi bermain seperti Taman Impian Jaya Ancol-Jakarta, dsb.
Dari penjelasan singkat di atas, bahwa banyak tempat wisata
dimiliki Indonesia, seperti yang telah dijelaskan beberapa contoh nama tempat
wisata budaya dan buatan di atas. Dalam
pembahasan penulisan kali ini, penulis akan memaparkan mengenai tempat wisata
alam di Indonesia, dengan mengambil salah satu tempat atau kota yang ada di
Pulau Jawa, Indonesia, dengan memberitahukan kearifan budaya ataupun sejarah
yang dapat ditunjukan kepada pembaca, sehingga pembaca dapat mengetahui
kearifan suatu tempat wisata teruatama di alam Indonesia, dan menjadi lebih
tanggap dan lebih memlilih tempat wisata di alam Indonesia menjadi tempat
kunjungan pariwisata.
Dalam pembahasan kali ini, penulis memilih salah satu kota
yang ada di Pulau Jawa, Indonesia yaitu Kabupaten Purwkarta yang terletak di
Kabupaten Jawa Barat, sebelah timur Jakarta, kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten
Karawang di bagian barat dan sebagian wilayah utara, Kabupaten Subang di bagian utara dan sebagian wilayah
bagian timur, Kabupaten Bandung di bagian selatan, dan Kabupaten Cianjur di bagian barat daya. Seperti Kabupaten atau Kota lainnya
yang ada di Indonesia, Pulau Jawa khususnya, bahwa kabupaten Purwakarta
memiliki banyak tempat wisata alam. Objek wisata Jatiluhur, objek wisata Cirata,
objek wisata Situ Buleud, dan objek wisata Situ Wanayasa. Dari ke-empat nama
tempat objek wisata ini, objek wisata Situ Wanayasa yang masih belum banyak
diketahui orang banyak, terutama para wisatawan yang akan bertamasya, karena masih
banyak orang yang belum mengetahui kearifan yang ada di objek wisata Situ
Wanayasa, sehingga jarang orang terutama para wisatawan berkunjung untuk
berwisata ke objek wisata.
1.
Sejarah Situ Wanayasa menjadi Objek
Wisata
1.1.Sejarah Kabupaten
Purwakarta dengan Wanayasa
Sebelumnya penulis akan menceritakan
hubungan Wanayasa dimana sebagai salah satu daerah yang ada di Kabupaten
Purwakarta ini mempunyai sejarah wilayah yang berkaitan dengan sejarah
terbentuknya nama daerah Purwakarta yang sekarang menjadi kota kabupaten.
Pada masa itu dimana zaman
penjajahan, tata pemerintahan daerah, khususnya di Kabupaten Purwakarta.
Sekitar awal abad ke-!7, R.A.A Wirasuta seorang Panembahan Galuh (Ciamis) yang
bergelar sebagai Adipati Panatayuda atau Adipati Kertabumi III, yang diutus
Sultan Mataram untuk menduduki Rangkas Sumedang (sebelah timur CItarum).
Adipati ini wafat di Galuh setelah mendirikan benteng pertahanan di
Tanjungpura, Adiarsa, Parakansapi, dan Kuta Tandingan. Kemudian, nama Rangkas
Sumedang berubah menjadi Karawang, berasal dari bahasa sunda “karawaan”, yang
berarti karena pada saat itu kondisi daerahnya berawa-rawa.
Pada tahun 1656, R.A.A. Panatayunda I
atau Adipati Kertabumi III, anak dari R.A.A. Wirasuta diangkat menjadi Dalem
atau Bupati Karawang dengan ibukota udug-udug oleh Sultan Mataram. Ibukota
sempat berpindah dari kota udug-udug ke kota karawang pada tahun antara 1679
samapi 1721. Namun saat peralihan penguasaan Pemerintahan Belanda kepada
Pemerintahan Inggris, Pemerintahan Kabupaten Karawang berakhir sekitar tahun
1811 sampai 1816.
Sekitar tahun 1820, Pemerintahan
Kabupaten Karawang dijalankan kembali, ini terjadi karena Pemerintahan Belanda
melepaskan diri dari Pemerintahan Inggris dengan menyerahkan dan mengembalikan
kewenangan para Bupati kepada Gubernur Jendral Van der Capellen. Pada saat itu
lingkup wilayah Kabupaten Karawang terletak sebelah timur Kali Citarum dan
sebelah barat Kali Cipunagara. Dan pada saat itulah R.A.A. Surianata yang
berasal dari kota Bogor, yang bergelar Dalem Santri menjadi Bupati I Kabupaten Karawang
yang menempatkan daerah Wanayasa sebagai ibukota kabupaten ini.
Namun, pada sekitar tahun 1830, Kota
Wanayasa terjadi perampokan yang mengakibatkan terganggunya keamanan di daerah
tersebut, sehingga pada masa Pemerintahan Bupati R.A. Suriawinata memindahkan
ibukota Wanayasa ke Sindangkasih. Selain tidak aman, letak kota Wanayasa kurang
strategis sebagai pusat pemerintahan. Penempatan ibukota di SIndangkasih
berdasarkan beberapa factor yang dimana tempat pemerintahan yang lebih baik
dalam pengembangan pemerintah kabupaten, dengan begitu pemerintah colonial
meresmikan Sindangkasih menjadi ibukota kabupaten ini, dan merubah namanya
menjadi Purwakarta, yang berarti pertama untuk Purwa, dan aman, tentram, dan
tertib, atau ramai untuk Karta.
Info: http://lovanieea.blogspot.com sumber
dari: buku Sejarah Purwakarta by Dr.A.Sobana Hrdjasaputra,S.S,M.A
Dari ringkasan sejarah tersebut,
Anggota Kelompok Penggerak Pariwisata juga menjelaskan hal yang sama, namun
tambahan dari beliau, bahwa pada akhirnya pada zaman pengalihan kolonial itu
pun Kabupaten Purwakarta lepas dari Kabupaten Karawang dan menjadi kabupaten
sendiri.
1.2.Sejarah Wanayasa
Situ Wanayasa adalah situ alam, yang luasnya mencapai 17ha, sekarang
kesisa sekitar 7ha, 5ha daratan dan 2ha air, berkurangnya
luas Situ Wanayasa karena pernah terjadi longsor dan mengendap sehingga
terbentuk daratan dan sawah, ini semua dikarenakan belum ada penataan yang baik
(sangat alam) serta irigasi air yang baik, tanggapan pertama salah satu
pengurus Situ Wanayasa, setelah penulis tanya mengenai Situ Wanayasa, Bpk.
Yayan Sofyan (53th), Kelompok Penggerak Pariwisata. Bapak Yayan pun menambahkan
mengenai luas daratan yang berupa pesawahan kurang lebih 10ha dihak-milik-an
oleh beberapa penduduk sekitar.
Wanayasa ini menjadi sebuah situ atau
danau yang alami, karena di sana terdapat sumber air dan tak pernah kering.
Jika ada pembentukan yang terlihat tertata itu merupakan perbaikan di beberapa
bagian tanah yang kurang labil. Karena menurut sumber informasi yang ada, bahwa
Situ Wanayasa sudah ada sejak puluhan tahun lamanya, Eyang Tambak, salah satu
tokoh yang disegani pada masa tahun ke-19, yang diangkat sebagai pengatur air
di Situ Wanayasa saat itu, dan secara singkat diperkirakan bahwa Situ Wanayasa
telah ada sejak lama sebelum Eyang Tambak ada, dan pada masa itu pun sebelum
Bupati R.A. Suriawinata menjabat sebagai bupati kabupaten, Situ Wanayasa telah
ada.
Terbentuknya Situ Wanayasa ini menjadi
sebuah cekungan di suatu daratan yang kita sebut dengan danau atau orang sunda
bilang situ, menurut informasi yang ada ini dikarenakan abu vulkano yang
menciptakan tanah yang subur dengan cekungan yang dalamnya bisa sampai
beratus-ratus meter. Abu vulkano ini berasal dari Gunung Agung yang meletus,
karena kota wanayasa terletak di kaki gunung ini. Sekarang gunung ini bernama
Gunung Gurangrang.
Dari informasi Kelompok Pengurus
Pariwisata bahwa awal nama Wanayasa berasal dari Gunung Agung ini, yaitu Saung
Agung. Pada masa Mangkurat Mataram dan Kerajaan Cirebon (Sunan Gunung Jati),
terjadi kesepakatan mengenai nama Saung Agung merubah namanya menjadi Wanayasa.
1.3.Sejarah Wanayasa
menjadi Tempat Wisata
Sedikit informasi awal dari Situ
Wanayasa dijadikan tempat wisata ialah perhatian pemerintah setempat, bahwa
lintasan Situ Wanayasa ini hidup, karena banyak orang melintas yang akan menuju
kota Ciater, Bandung, sehingga banyak orang yang melakukan istirahat di Situ
Wanayasa karena kenyamanan tempat dengan keindahan alam yang menenangkan para
pejalan untuk istirahat sejenak, hal ini lah yang pada akhirnya orang-orang
mengetahui tempat ini, dan menjadikan tempat yang cocok untuk dikunjungi, yang
pada akhirnya menjadi tempat wisata.
Namun, sekitar tahun 1997, Situ
Wanayasa ini baru diresmikan secara aturan atau hukum yang diresmikan oleh
pemerintah setempat. Pada awalnya, dijadikan tempat wisata ini cukup sulit,
karena banyak pendapat bahwa tempat wisata hanya mendampakkan negatif, terutama
tempat bermainnya pasangan muda-mudi, sedangkan tempat ini merupakan
makam-makam sesepuh.
Seperti yang dijelaskan bapak
KOMPEPAR, Kumpulan Penggerak Pariwisata, pada saat mencoba untuk meresmikan
tempat wisata ini dengan mencoba meminta izin diadakan sepeda air di Situ Wanayasa
ini, namun atas keberaniannya sekertariat kecamatan, Bapak Krisna, akhirnya
peresmian izin akan sepeda air pun diizinkan, ini pula awal mulainya Situ
Wanayasa menjadi tempat wisata.
Info: Bapak Yayan Sofiyan, Kumpulan Penggerak
Pariwisata
2.
Letak Situ Wanayasa
Situ Wanayasa terletak di jalan raya wanasari, Kabupaten
Purwakarta, Jawa Barat. Jarak Situ Wanayasa dari pusat kota Kabupaten Purwakarta
berkisar 20 km. Misalnya, wisatawan yang datang
dari tol Jatiluhur tinggal meneruskan jalannya menuju jl.Ibrahim Singadilaga
lalu meneruskan ke jl. Kapten Halim, lalu jl. Wanasari kemudian sampai di
lokasi. Adapun apabila wisatawan datang dari tol Sadang, tinggal melanjutkan
jalan dari jl.Veteran - jl. Jendral Sudirman - jl. Kapten Halim - jl. Raya
Wanasari lalu sampai di lokasi.
Selain itu, sarana transportasi dari pusat kota kabupaten
Purwakarta cukup mudah, karena dari sana terdapat sarana transportasi berupa
angkutan umum. Jalan akses menuju Situ Wanayasa pun terbilang kondisi jalan
yang sangat baik, mudah dan aman. Selama perjalanan menuju Situ Wanayasa sudah dimanjakan dengan pemandangan yang
tentram, tenang dan alami, apalagi jika sudah sampai di objek wisata Situ
Wanayasa tersebut udara sejuk pun akan menyambut para pengunjungnya. Dari segi
ini saja sudah terlihat bahwa tempat wisata ini sangat bisa dijadikan perjalanan
menyenangkan untuk pariwisata.
info: Bpk.Polisi Misbachul Munir-Purwakarta
3.
Perkembangan Wisata di Situ Wanayasa
Perkembangan Situ Wanayasa ini bergantung dengan masa periode
bupati di kabupaten Purwakarta. seperti pada sejarah awal mula Situ Wnaayasa
menjadi tempat wisata, pada tahun 1997, perkembangan Situ Wanayasa ini
berkembang menjadi tempat wisata, yang mana diawali dengan diadakannya sepeda
air. Meskipun belum diadakan penataaan baik serta suguhan kuliner yang masih sepi,
pada waktu itu.
Sebelumnya, sekitar tahun 1990, sebelum dimana tempat wisata
ini diresmikan secara hukum, Situ Wanayasa hanya dibenahi tanggul dan pembuatan
pintu air sebagi irigasi air. Dan yang lebih berkembang pesat-nya Situ Wanayasa
pada pertengahan tahun 2011, P ada masa periode Bpk. Bupati Lili Hambali dan diwakili Bpk.Dedi Mulyadi, sekitar bulan Mei sampai dengan bulan Juli, sehubungan
akan diadakan Sidang Paripurna serta Hari Jadi Kabupaten Purwakarta, maka pada
saat itu banyak pembenahan serta penataan sekitar Situ Wanayasa, seperti jalan
pejalan wisatawan yang tertata bagus, pager-pager, dan dibangunnya aula yang
megah. Sejak masa itu lah, pengembangan wisata di Situ Wanayasa sampai sekarang
lebih baik dan ramai dikunjungi para wisatawan.
Info: Bapak Yayan Sofiyan, Kumpulan Penggerak
Pariwisata
gambar4. pengairan di Situ Wanayasa |
.
gambar5. aula terbuka di pinggir Situ Wanayasa |
gambar6. rekreasi sepeda air di sekitar Pasir Mantri, Situ Wanayasa |
gambar7. jalan pejalan di pinggir Situ Wanayasa lebih tertata dan indah. |
gambar8. jalan raya mulai ramai pengunjung pada hari pekan. |
gambar9. pengunjung di Pasir Mantri, Situ Wanayasa pada hari pekan. |
gambar10. pedagang souvenir di Pasir Mantri, Situ Wanayasa pada hari pekan. |
4. Kearifan yang Dijadikan Objek Wisata di Situ Wanayasa
Menurut penulis berdasarkan pemikiran umum, kearifan
merupakan suatu kebijakan, dan jika membahas mengenai kearifan atau kebijakan
terhadap suatu tempat wisata itu, bahwa hal ini
bermaksud untuk bagaimana menindak dan menjalankan hal-hal sebagaimana
dari perwujudan kebudayaan yang berawal dari sejarah-sejarah yang telah ada
sejak dahulu. Kearifan ini yang biasa disebut dengan kearifan lokal.
Perkembangan pariwisata di tempat-tempat yang ada di
Kabupaten Purwakarta dimana objek wisata Situ Wanayasa terdapat didalamnya, itu
pasti telah diterapkan kearifan lokal untuk dijadikannya pelestarian serta
kebiasaan terhadap budaya daerah, Kabupaten Purwakarta khususnya. Penerapan kearifan
ini berupa pengelolaan dan pelestarian dari pihak komunitas kebudayaan itu
sendiri, dan dari sisi wisatawan berupa interaksi dari komunitas atau pun
secara langsung dengan mengunjungi tempat-tempat tersebut.
Dalam penerapan kearifan lokal di Kabupaten Purwakarta,
terutama objek wisata Situ Wanayasa sebenarnya telah ada sejak lama, yaitu
pengelolaan tempat dimana menjadi objek
wisata yang ada di Situ Wanayasa dan wisata
kuliner, dan untuk pelestarian budaya yang diawali sejarah Situ Wanayasa,
pengelolaan dan pelestarian ini dijaga baik oleh Komunitas Penggerak Pariwisata
Situ Wanayasa. Selain kebudayaan dan sejarah yang ada di Situ Wanayasa,
kearifan lokal yang dipertahankan adalah adat
dan alam. Dari semua itu hal yang
banyak dipertahankan oleh tiap tempat, di Indonesia umumnya ialah nilai dan norma.
Objek Wisata dan makanan khas, dalam pengembangan pariwisata
sebagaimana perwujudan kearifan lokal, di Situ Wanayasa terdapat tempat yang
dapat dijadikan objek para wisatawan, yaitu pulau kecil di tengah Situ ini yang
disebut Pasir Mantri.
Berikut gambar11. Pasir Mantri di Situ Wanayasa :
Berikut gambar11. Pasir Mantri di Situ Wanayasa :
Meskipun objek wisata di Situ Wanayasa dalam kekarakteristikan masih terlihat umum, namun yang diprioritaskan adalah pemandangan alam yang bernilai sejarah penting, yaitu awal mula terbentuk kabupaten Purwakarta menjadi sebuah kabupaten, selain itu wisatawan disuguhi jajanan kuliner bercirikan makanan khas daerah tersebut, seperti dijelaskan KOMPEPAR, manisan pala kering dan buah manggis serta gula aren yang disebut gula cikeris, dari Cikeris, itu semua menjadi makanan khas di sana.
Berikut gambar12. tempat jual oleh-oleh, di sepanjang jalan menuju Situ Wanayasa dari arah Kabupaten Purwakarta:
Sebelum membahas adat dan alam,
singkat informasi mengenai sejarah yang ada, objek wisata, Pasir Mantriyang mana makam yang
ada di daratan tengah-tengah Situ Wanayasa ini (pulau kecil-bernama Pasir
Mantri). merupakan makam-makam sesepuh besar, ulama, dan para Dalem Santri, ini
yang mengawali penamaan Mantri, dank arena sebuah pulai makan ditambahkan
dengan kata Pasir, yang akhirnya bernamakan Pasir Mantri. Salah satu makam
sesepuh yang sangat dituakan ialah Kiyai Gede bin Raden Santri yang benama
aslikan Tisnadireja bin Tirtanegara, beliau hidup dari sebelumnya penjajahan
Belanda. Di tempat ini, Pasir Mantri termasuk makam terbanyak sesepuh, sebagai
contoh; Kiyai Gede, R.A Suriawinata, Eyang Timbul dan termasuk juga Eyang
Tambak.
Adat dan alam, dengan memperkenalkan objek wisata Situ Wanayasa ini, secara
tidak langsung para pengunjung yang datang ke Situ Wanayasa menjadi tahu
bagaimana adat dan alam yang ada di Wanayasa. Kearifan pada adat ini lah yang berupa ziarah makam
para sesepuh tersebut, biasanya para penziarah mendapat petunjuk untuk tawasulan atau doa hadiah kepada
leluhur-sesepuh, mereka biasanya datang dari Garut, Majalengka, Karawang dsb.
Selain itu, kebiasaan dan telah dijadikan suatu adat oleh masyarakat setempat
untuk menjadi tempat renungan dan doa, misalnya murid Sekolah Menengah Pertama
yang melakukan renungan malam hingga subuh ke makam tersebut sebelum ujian
negara berlangsung. Dan dari kearifan pada alam,
para pengunjung pun mengetahui situasi alam di Wanayasa melalui perwakilan
situasi alam di Situ Wanayasa, yang mana sangat tenang dan ramah lingkungan.
gambar 13. Makam Kiyai Gede bin Raden Santri di Pasir Mantri, Situ Wanayasa. |
Berikut gambar 14. Makam para Dalem Santri di Pasir Mantri, Situ Wanayas :
Dari penjelasan di atas mengenai adat, penulis sedikit ingin bercerita mengenai mitos yang dijadikan adat di Situ Wanayasa, seperti yang dijelaskan bapak Yayan, selaku anggota Kumpulan Penggerak Pariwisata (KOMPEPAR), pada masa sesepuh masih ada, seorang penjala yang biasa mencari ikan di situ ini suatu waktu mendapatkan seekor ikan mas yang sangat besar, sangat besarnya ikan ini sampai ia sulit meraba mana bagian ekor dan kepalanya, dan pada akhirnya, ia lepaskan kembali ikan itu, sejak saat itu dia sakit dalam waktu cukup lama dan ketakutan, sampai akhirnya ia tutup usia, ia tidak pernah datang kembali ke situ tersebut. Dari cerita itu dijelaskan oleh sesepuh pada masa itu bahwa ikan besar itu adalah piaraan Kiyai Gede bin Raden Sakti, dengar cerita bahwa ada tujuh ikan, namun sudah cukup lama, kini hanya satu atau tiga ekor saja yang sering muncul.
Lain hal pada masa Eyang Tambak, pada
masa itu beliau dapat memperbaiki tanah sepanjang 100m yang longsor di pinggiran
situ itu dalam waktu satu malam, padahal secara pemikiran logika hal ini sanagt
tidak masuk akal, banyak khodam di Situ Wanayasa ini, jelas bapak Yayan,
KOMPEPAR.
Nilai dan Norma, yang dimaksud ialah tradisi dan sikap
keramahtamahan yang ada di Situ Wanayasa,
seperti yang telah kita ketahui pada umumnya masyarakat Indonesia dikenal akan
kaya tradisi dan keramahtamahan masyarakat. Sebagai contoh keramahtamahan para
pengurus, penjual serta para wisatawan di sana. Walau memang tidak sepenuhnya
seluruh masyarakat. Namun, masyarakat di sana tetap menjaga nilai dan norma
yang telah dijaga semenjak zaman nenek moyang kita.
Info: Bapak Yayan Sofiyan, Kumpulan Penggerak
Pariwisata
5.
Kendala Perkembangan Wisata di Situ
Wanayasa
Dari informasi yang ada mengenai kendala perkembangan wisata
di Situ Wanayasa adalah masih bergantungnya dukungan pada tiap masa periode
bupati kabupaten Purwakarta. Selain itu, kerjasama pihak pemerintah kabupaten
dengan penduduk. Seperti info dari KOMPEPAR, bahwa penduduk sekitar sulit
diajak kerjasama, seperti contoh, saat KOMPEPAR ingin mengadakan tempat parkir
motor maupun mobil, hampir seluruh
wilayah pesawahan sekitar Situ Wanayasa yang mana sejak dulu entah mengapa
telah diakui serta dihak-milik-kan oleh para penduduk tidak mengizinkan
tanahnya dibeli pemerintah.
Dan dari sisi wisatawan, kendala tidak seringnya berkunjung
ke Situ Wanayasa ini, karena cuaca, menurut pendapat wisatawan kondisi jalan
saat hujan biasanya becek dan licin. Dan secara umum, dimungkinkan kalah saing
akan objek-objek yang tersedia.
Info: Bapak Yayan Sofiyan, Kumpulan Penggerak
Pariwisata
6.
Kesimpulan
Dari segala informasi yang penulis dapat melalui wawancara dan pencarian data di internet, dapat
disimpulkan bahwa sebenarnya banyak kearifan yang dapat dilihat dari tiap
daerah yang ada di negara kita, Negara Indonesia. Seperti yang dicontohkan
penulis yaitu kearifan-kearifan yang ada di Situ Wanayasa, Purwakarta, Jawa Barat, yang mana seharusnya
jadi pemahaman dan pemikiran khalayak bahwa kearifan seperti ini yang harus
ditonjolkan agar khalayak dapat selalu menjaga dan menerapkan kearifan lokal menjadi hal yang diutamakan terutama dalam
bidang kepariwisataan.
(shely)
Saya (shely) mewawancarai bpk. Yayan (KOMPEPAR) di depan pintu gerbang masuk Pasir Mantri, Situ Wanayasa |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar