Senin, 07 Mei 2012

KEARIFAN DAERAH DI INDONESIA - TEMPAT WISATA


KEARIFAN DI SITU WANAYASA DAN DIJADIKANNYA TEMPAT WISATA


Latar Belakang Penulisan

Bersumber dari kamus bahasa dan pemikiran penulis secara umum, tempat wisata merupakan suatu tempat yang biasa dikunjungi orang banyak secara bersamaan atau sendiri dari kota tersebut maupun dari kota lain atau negara lain, kunjungan ini bertujuan memperluas pengetahuan, hiburan ataupun terapi dalam hal tertentu, misalnya yaitu terapi phsycologi seseorang. Tempat wisata dapat dibedakan menjadi tiga jenis tempat wisata, seperti tempat wisata alam, tempat wisata budaya, dan tempat wisata buatan. Tempat wisata alam misalnya; pegunungan, tebing-tebing, gua, danau, air terjun, laut, dsb. Tempat wisata budaya misalnya museum seperti Musium Fatahilah-Jakarta, Candi Borobudur-Yogyakarta, dsb. Tempat wisata buuatan misalnya; kolam air seperti Water Park Jungle-Bogor, taman rekreasi bermain seperti Taman Impian Jaya Ancol-Jakarta, dsb.

Dari penjelasan singkat di atas, bahwa banyak tempat wisata dimiliki Indonesia, seperti yang telah dijelaskan beberapa contoh nama tempat wisata budaya dan buatan di atas.  Dalam pembahasan penulisan kali ini, penulis akan memaparkan mengenai tempat wisata alam di Indonesia, dengan mengambil salah satu tempat atau kota yang ada di Pulau Jawa, Indonesia, dengan memberitahukan kearifan budaya ataupun sejarah yang dapat ditunjukan kepada pembaca, sehingga pembaca dapat mengetahui kearifan suatu tempat wisata teruatama di alam Indonesia, dan menjadi lebih tanggap dan lebih memlilih tempat wisata di alam Indonesia menjadi tempat kunjungan pariwisata.

Dalam pembahasan kali ini, penulis memilih salah satu kota yang ada di Pulau Jawa, Indonesia yaitu Kabupaten Purwkarta yang terletak di Kabupaten Jawa Barat, sebelah timur Jakarta, kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Karawang di bagian barat dan sebagian wilayah utara, Kabupaten Subang di bagian utara dan sebagian wilayah bagian timur, Kabupaten Bandung di bagian selatan, dan Kabupaten Cianjur di bagian barat daya. Seperti Kabupaten atau Kota lainnya yang ada di Indonesia, Pulau Jawa khususnya, bahwa kabupaten Purwakarta memiliki banyak tempat wisata alam. Objek wisata Jatiluhur, objek wisata Cirata, objek wisata Situ Buleud, dan objek wisata Situ Wanayasa. Dari ke-empat nama tempat objek wisata ini, objek wisata Situ Wanayasa yang masih belum banyak diketahui orang banyak, terutama para wisatawan yang akan bertamasya, karena masih banyak orang yang belum mengetahui kearifan yang ada di objek wisata Situ Wanayasa, sehingga jarang orang terutama para wisatawan berkunjung untuk berwisata ke objek wisata.

1.      Sejarah Situ Wanayasa menjadi Objek Wisata

1.1.Sejarah Kabupaten Purwakarta dengan Wanayasa

Sebelumnya penulis akan menceritakan hubungan Wanayasa dimana sebagai salah satu daerah yang ada di Kabupaten Purwakarta ini mempunyai sejarah wilayah yang berkaitan dengan sejarah terbentuknya nama daerah Purwakarta yang sekarang menjadi kota kabupaten.

Pada masa itu dimana zaman penjajahan, tata pemerintahan daerah, khususnya di Kabupaten Purwakarta. Sekitar awal abad ke-!7, R.A.A Wirasuta seorang Panembahan Galuh (Ciamis) yang bergelar sebagai Adipati Panatayuda atau Adipati Kertabumi III, yang diutus Sultan Mataram untuk menduduki Rangkas Sumedang (sebelah timur CItarum). Adipati ini wafat di Galuh setelah mendirikan benteng pertahanan di Tanjungpura, Adiarsa, Parakansapi, dan Kuta Tandingan. Kemudian, nama Rangkas Sumedang berubah menjadi Karawang, berasal dari bahasa sunda “karawaan”, yang berarti karena pada saat itu kondisi daerahnya berawa-rawa.

Pada tahun 1656, R.A.A. Panatayunda I atau Adipati Kertabumi III, anak dari R.A.A. Wirasuta diangkat menjadi Dalem atau Bupati Karawang dengan ibukota udug-udug oleh Sultan Mataram. Ibukota sempat berpindah dari kota udug-udug ke kota karawang pada tahun antara 1679 samapi 1721. Namun saat peralihan penguasaan Pemerintahan Belanda kepada Pemerintahan Inggris, Pemerintahan Kabupaten Karawang berakhir sekitar tahun 1811 sampai 1816.

Sekitar tahun 1820, Pemerintahan Kabupaten Karawang dijalankan kembali, ini terjadi karena Pemerintahan Belanda melepaskan diri dari Pemerintahan Inggris dengan menyerahkan dan mengembalikan kewenangan para Bupati kepada Gubernur Jendral Van der Capellen. Pada saat itu lingkup wilayah Kabupaten Karawang terletak sebelah timur Kali Citarum dan sebelah barat Kali Cipunagara. Dan pada saat itulah R.A.A. Surianata yang berasal dari kota Bogor, yang bergelar Dalem Santri menjadi Bupati I Kabupaten Karawang yang menempatkan daerah Wanayasa sebagai ibukota kabupaten ini.

Namun, pada sekitar tahun 1830, Kota Wanayasa terjadi perampokan yang mengakibatkan terganggunya keamanan di daerah tersebut, sehingga pada masa Pemerintahan Bupati R.A. Suriawinata memindahkan ibukota Wanayasa ke Sindangkasih. Selain tidak aman, letak kota Wanayasa kurang strategis sebagai pusat pemerintahan. Penempatan ibukota di SIndangkasih berdasarkan beberapa factor yang dimana tempat pemerintahan yang lebih baik dalam pengembangan pemerintah kabupaten, dengan begitu pemerintah colonial meresmikan Sindangkasih menjadi ibukota kabupaten ini, dan merubah namanya menjadi Purwakarta, yang berarti pertama untuk Purwa, dan aman, tentram, dan tertib, atau ramai untuk Karta.
 Info: http://lovanieea.blogspot.com sumber dari: buku Sejarah Purwakarta by Dr.A.Sobana Hrdjasaputra,S.S,M.A

Dari ringkasan sejarah tersebut, Anggota Kelompok Penggerak Pariwisata juga menjelaskan hal yang sama, namun tambahan dari beliau, bahwa pada akhirnya pada zaman pengalihan kolonial itu pun Kabupaten Purwakarta lepas dari Kabupaten Karawang dan menjadi kabupaten sendiri. 

1.2.Sejarah Wanayasa

Situ Wanayasa adalah situ alam, yang luasnya mencapai 17ha, sekarang kesisa sekitar 7ha, 5ha daratan dan 2ha air, berkurangnya luas Situ Wanayasa karena pernah terjadi longsor dan mengendap sehingga terbentuk daratan dan sawah, ini semua dikarenakan belum ada penataan yang baik (sangat alam) serta irigasi air yang baik, tanggapan pertama salah satu pengurus Situ Wanayasa, setelah penulis tanya mengenai Situ Wanayasa, Bpk. Yayan Sofyan (53th), Kelompok Penggerak Pariwisata. Bapak Yayan pun menambahkan mengenai luas daratan yang berupa pesawahan kurang lebih 10ha dihak-milik-an oleh beberapa penduduk sekitar.

Wanayasa ini menjadi sebuah situ atau danau yang alami, karena di sana terdapat sumber air dan tak pernah kering. Jika ada pembentukan yang terlihat tertata itu merupakan perbaikan di beberapa bagian tanah yang kurang labil. Karena menurut sumber informasi yang ada, bahwa Situ Wanayasa sudah ada sejak puluhan tahun lamanya, Eyang Tambak, salah satu tokoh yang disegani pada masa tahun ke-19, yang diangkat sebagai pengatur air di Situ Wanayasa saat itu, dan secara singkat diperkirakan bahwa Situ Wanayasa telah ada sejak lama sebelum Eyang Tambak ada, dan pada masa itu pun sebelum Bupati R.A. Suriawinata menjabat sebagai bupati kabupaten, Situ Wanayasa telah ada.

Terbentuknya Situ Wanayasa ini menjadi sebuah cekungan di suatu daratan yang kita sebut dengan danau atau orang sunda bilang situ, menurut informasi yang ada ini dikarenakan abu vulkano yang menciptakan tanah yang subur dengan cekungan yang dalamnya bisa sampai beratus-ratus meter. Abu vulkano ini berasal dari Gunung Agung yang meletus, karena kota wanayasa terletak di kaki gunung ini. Sekarang gunung ini bernama Gunung Gurangrang.

Dari informasi Kelompok Pengurus Pariwisata bahwa awal nama Wanayasa berasal dari Gunung Agung ini, yaitu Saung Agung. Pada masa Mangkurat Mataram dan Kerajaan Cirebon (Sunan Gunung Jati), terjadi kesepakatan mengenai nama Saung Agung merubah  namanya menjadi Wanayasa.

1.3.Sejarah Wanayasa menjadi Tempat Wisata

Sedikit informasi awal dari Situ Wanayasa dijadikan tempat wisata ialah perhatian pemerintah setempat, bahwa lintasan Situ Wanayasa ini hidup, karena banyak orang melintas yang akan menuju kota Ciater, Bandung, sehingga banyak orang yang melakukan istirahat di Situ Wanayasa karena kenyamanan tempat dengan keindahan alam yang menenangkan para pejalan untuk istirahat sejenak, hal ini lah yang pada akhirnya orang-orang mengetahui tempat ini, dan menjadikan tempat yang cocok untuk dikunjungi, yang pada akhirnya menjadi tempat wisata.

Namun, sekitar tahun 1997, Situ Wanayasa ini baru diresmikan secara aturan atau hukum yang diresmikan oleh pemerintah setempat. Pada awalnya, dijadikan tempat wisata ini cukup sulit, karena banyak pendapat bahwa tempat wisata hanya mendampakkan negatif, terutama tempat bermainnya pasangan muda-mudi, sedangkan tempat ini merupakan makam-makam sesepuh. 

Seperti yang dijelaskan bapak KOMPEPAR, Kumpulan Penggerak Pariwisata, pada saat mencoba untuk meresmikan tempat wisata ini dengan mencoba meminta izin diadakan sepeda air di Situ Wanayasa ini, namun atas keberaniannya sekertariat kecamatan, Bapak Krisna, akhirnya peresmian izin akan sepeda air pun diizinkan, ini pula awal mulainya Situ Wanayasa menjadi tempat wisata.

Info: Bapak Yayan Sofiyan, Kumpulan Penggerak Pariwisata

2.      Letak Situ Wanayasa 

Situ Wanayasa terletak di jalan raya wanasari, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat. Jarak Situ Wanayasa dari pusat kota Kabupaten Purwakarta berkisar 20 km. Misalnya, wisatawan yang datang dari tol Jatiluhur tinggal meneruskan jalannya menuju jl.Ibrahim Singadilaga lalu meneruskan ke jl. Kapten Halim, lalu jl. Wanasari kemudian sampai di lokasi. Adapun apabila wisatawan datang dari tol Sadang, tinggal melanjutkan jalan dari jl.Veteran - jl. Jendral Sudirman - jl. Kapten Halim - jl. Raya Wanasari lalu sampai di lokasi.
gambar 1. Letak Situ Wanayasa berdasarkan peta.http://www.promolagi.com/search-peta.php?lng=107.55539836631772&lat=-6.676398202323427&add=Situ%20Wanayasa,%20Jalan%20Raya%20Wanasari,%20Wanayasa,%20Purwakarta,%20Jawa%20Barat.










Selain itu, sarana transportasi dari pusat kota kabupaten Purwakarta cukup mudah, karena dari sana terdapat sarana transportasi berupa angkutan umum. Jalan akses menuju Situ Wanayasa pun terbilang kondisi jalan yang sangat baik, mudah dan aman. Selama perjalanan menuju Situ Wanayasa  sudah dimanjakan dengan pemandangan yang tentram, tenang dan alami, apalagi jika sudah sampai di objek wisata Situ Wanayasa tersebut udara sejuk pun akan menyambut para pengunjungnya. Dari segi ini saja sudah terlihat bahwa tempat wisata ini sangat bisa dijadikan perjalanan menyenangkan untuk pariwisata.

info: Bpk.Polisi Misbachul Munir-Purwakarta

gambar 2. Situasi jalan menuju Situ Wanayasa.
 














3.      Perkembangan Wisata di Situ Wanayasa

Perkembangan Situ Wanayasa ini bergantung dengan masa periode bupati di kabupaten Purwakarta. seperti pada sejarah awal mula Situ Wnaayasa menjadi tempat wisata, pada tahun 1997, perkembangan Situ Wanayasa ini berkembang menjadi tempat wisata, yang mana diawali dengan diadakannya sepeda air. Meskipun belum diadakan penataaan baik serta suguhan kuliner yang masih sepi, pada waktu itu.

Sebelumnya, sekitar tahun 1990, sebelum dimana tempat wisata ini diresmikan secara hukum, Situ Wanayasa hanya dibenahi tanggul dan pembuatan pintu air sebagi irigasi air. Dan yang lebih berkembang pesat-nya Situ Wanayasa pada pertengahan tahun 2011, P ada masa periode Bpk. Bupati Lili Hambali dan diwakili Bpk.Dedi Mulyadi, sekitar bulan Mei sampai dengan bulan Juli, sehubungan akan diadakan Sidang Paripurna serta Hari Jadi Kabupaten Purwakarta, maka pada saat itu banyak pembenahan serta penataan sekitar Situ Wanayasa, seperti jalan pejalan wisatawan yang tertata bagus, pager-pager, dan dibangunnya aula yang megah. Sejak masa itu lah, pengembangan wisata di Situ Wanayasa sampai sekarang lebih baik dan ramai dikunjungi para wisatawan.

Info: Bapak Yayan Sofiyan, Kumpulan Penggerak Pariwisata

gambar3. pintu air di Situ Wanayasa
gambar4. pengairan di Situ Wanayasa

















.


gambar5. aula terbuka di pinggir Situ Wanayasa

gambar6. rekreasi sepeda air di sekitar Pasir Mantri, Situ Wanayasa




















         


gambar7. jalan pejalan di pinggir Situ Wanayasa lebih tertata dan indah.
gambar8. jalan raya mulai ramai pengunjung pada hari pekan.










gambar9. pengunjung di Pasir Mantri, Situ Wanayasa pada hari pekan.
gambar10. pedagang souvenir di Pasir Mantri, Situ Wanayasa pada hari pekan.



















































































4.      Kearifan yang Dijadikan Objek Wisata di Situ Wanayasa

Menurut penulis berdasarkan pemikiran umum, kearifan merupakan suatu kebijakan, dan jika membahas mengenai kearifan atau kebijakan terhadap suatu tempat wisata itu, bahwa hal ini  bermaksud untuk bagaimana menindak dan menjalankan hal-hal sebagaimana dari perwujudan kebudayaan yang berawal dari sejarah-sejarah yang telah ada sejak dahulu. Kearifan ini yang biasa disebut dengan kearifan lokal.

Perkembangan pariwisata di tempat-tempat yang ada di Kabupaten Purwakarta dimana objek wisata Situ Wanayasa terdapat didalamnya, itu pasti telah diterapkan kearifan lokal untuk dijadikannya pelestarian serta kebiasaan terhadap budaya daerah, Kabupaten Purwakarta khususnya. Penerapan kearifan ini berupa pengelolaan dan pelestarian dari pihak komunitas kebudayaan itu sendiri, dan dari sisi wisatawan berupa interaksi dari komunitas atau pun secara langsung dengan mengunjungi tempat-tempat tersebut. 

Dalam penerapan kearifan lokal di Kabupaten Purwakarta, terutama objek wisata Situ Wanayasa sebenarnya telah ada sejak lama, yaitu pengelolaan tempat dimana menjadi objek wisata yang ada di Situ Wanayasa dan wisata kuliner, dan untuk pelestarian budaya yang diawali sejarah Situ Wanayasa, pengelolaan dan pelestarian ini dijaga baik oleh Komunitas Penggerak Pariwisata Situ Wanayasa. Selain kebudayaan dan sejarah yang ada di Situ Wanayasa, kearifan lokal yang dipertahankan adalah adat dan alam. Dari semua itu hal yang banyak dipertahankan oleh tiap tempat, di Indonesia umumnya ialah nilai dan norma.

Objek Wisata dan makanan khas, dalam pengembangan pariwisata sebagaimana perwujudan kearifan lokal, di Situ Wanayasa terdapat tempat yang dapat dijadikan objek para wisatawan, yaitu pulau kecil di tengah Situ ini yang disebut Pasir Mantri

Berikut gambar11. Pasir Mantri di Situ Wanayasa :



                                                      












 Meskipun objek wisata di Situ Wanayasa dalam kekarakteristikan masih terlihat umum, namun yang diprioritaskan adalah pemandangan alam yang bernilai sejarah penting, yaitu awal mula terbentuk kabupaten Purwakarta menjadi sebuah kabupaten, selain itu wisatawan disuguhi jajanan kuliner bercirikan makanan khas daerah tersebut, seperti dijelaskan KOMPEPAR, manisan pala kering dan buah manggis serta gula aren yang disebut gula cikeris, dari Cikeris, itu semua menjadi makanan khas di sana.

Berikut gambar12. tempat jual oleh-oleh, di sepanjang jalan menuju Situ Wanayasa dari arah Kabupaten Purwakarta:

Sebelum membahas adat dan alam, singkat informasi mengenai sejarah yang ada,  objek wisata, Pasir Mantriyang mana makam yang ada di daratan tengah-tengah Situ Wanayasa ini (pulau kecil-bernama Pasir Mantri). merupakan makam-makam sesepuh besar, ulama, dan para Dalem Santri, ini yang mengawali penamaan Mantri, dank arena sebuah pulai makan ditambahkan dengan kata Pasir, yang akhirnya bernamakan Pasir Mantri. Salah satu makam sesepuh yang sangat dituakan ialah Kiyai Gede bin Raden Santri yang benama aslikan Tisnadireja bin Tirtanegara, beliau hidup dari sebelumnya penjajahan Belanda. Di tempat ini, Pasir Mantri termasuk makam terbanyak sesepuh, sebagai contoh; Kiyai Gede, R.A Suriawinata, Eyang Timbul dan termasuk juga Eyang Tambak.

 Adat dan alam, dengan memperkenalkan objek wisata Situ Wanayasa ini, secara tidak langsung para pengunjung yang datang ke Situ Wanayasa menjadi tahu bagaimana adat dan alam yang ada di Wanayasa. Kearifan pada adat ini lah yang berupa ziarah makam para sesepuh tersebut, biasanya para penziarah mendapat petunjuk untuk tawasulan atau doa hadiah kepada leluhur-sesepuh, mereka biasanya datang dari Garut, Majalengka, Karawang dsb. Selain itu, kebiasaan dan telah dijadikan suatu adat oleh masyarakat setempat untuk menjadi tempat renungan dan doa, misalnya murid Sekolah Menengah Pertama yang melakukan renungan malam hingga subuh ke makam tersebut sebelum ujian negara berlangsung. Dan dari kearifan pada alam, para pengunjung pun mengetahui situasi alam di Wanayasa melalui perwakilan situasi alam di Situ Wanayasa, yang mana sangat tenang dan ramah lingkungan.

gambar 13. Makam Kiyai Gede bin Raden Santri di Pasir Mantri, Situ Wanayasa.
                              

   Berikut gambar 14. Makam para Dalem Santri di Pasir Mantri, Situ Wanayas :









Dari penjelasan di atas mengenai adat, penulis sedikit ingin bercerita mengenai mitos yang dijadikan adat di Situ Wanayasa, seperti yang dijelaskan bapak Yayan, selaku anggota Kumpulan Penggerak Pariwisata (KOMPEPAR), pada masa sesepuh masih ada, seorang penjala yang biasa mencari ikan di situ ini suatu waktu mendapatkan seekor ikan mas yang sangat besar, sangat besarnya ikan ini sampai ia sulit meraba mana bagian ekor dan kepalanya, dan pada akhirnya, ia lepaskan kembali ikan itu, sejak saat itu dia sakit dalam waktu cukup lama dan ketakutan, sampai akhirnya ia tutup usia, ia tidak pernah datang kembali ke situ tersebut. Dari cerita itu dijelaskan oleh sesepuh pada masa itu bahwa ikan besar itu adalah piaraan Kiyai Gede bin Raden Sakti, dengar cerita bahwa ada tujuh ikan, namun sudah cukup lama, kini hanya satu atau tiga ekor saja yang sering muncul.

Lain hal pada masa Eyang Tambak, pada masa itu beliau dapat memperbaiki tanah sepanjang 100m yang longsor di pinggiran situ itu dalam waktu satu malam, padahal secara pemikiran logika hal ini sanagt tidak masuk akal, banyak khodam di Situ Wanayasa ini, jelas bapak Yayan, KOMPEPAR.

Nilai dan Norma, yang dimaksud ialah tradisi dan sikap keramahtamahan yang ada  di Situ Wanayasa, seperti yang telah kita ketahui pada umumnya masyarakat Indonesia dikenal akan kaya tradisi dan keramahtamahan masyarakat. Sebagai contoh keramahtamahan para pengurus, penjual serta para wisatawan di sana. Walau memang tidak sepenuhnya seluruh masyarakat. Namun, masyarakat di sana tetap menjaga nilai dan norma yang telah dijaga semenjak zaman nenek moyang kita.
 Info: Bapak Yayan Sofiyan, Kumpulan Penggerak Pariwisata


5.      Kendala Perkembangan Wisata di Situ Wanayasa

Dari informasi yang ada mengenai kendala perkembangan wisata di Situ Wanayasa adalah masih bergantungnya dukungan pada tiap masa periode bupati kabupaten Purwakarta. Selain itu, kerjasama pihak pemerintah kabupaten dengan penduduk. Seperti info dari KOMPEPAR, bahwa penduduk sekitar sulit diajak kerjasama, seperti contoh, saat KOMPEPAR ingin mengadakan tempat parkir motor maupun mobil,  hampir seluruh wilayah pesawahan sekitar Situ Wanayasa yang mana sejak dulu entah mengapa telah diakui serta dihak-milik-kan oleh para penduduk tidak mengizinkan tanahnya dibeli pemerintah. 

Dan dari sisi wisatawan, kendala tidak seringnya berkunjung ke Situ Wanayasa ini, karena cuaca, menurut pendapat wisatawan kondisi jalan saat hujan biasanya becek dan licin. Dan secara umum, dimungkinkan kalah saing akan objek-objek yang tersedia.
Info: Bapak Yayan Sofiyan, Kumpulan Penggerak Pariwisata


6.      Kesimpulan

Dari segala informasi yang penulis dapat melalui wawancara dan pencarian data di internet, dapat disimpulkan bahwa sebenarnya banyak kearifan yang dapat dilihat dari tiap daerah yang ada di negara kita, Negara Indonesia. Seperti yang dicontohkan penulis yaitu kearifan-kearifan yang ada di Situ Wanayasa, Purwakarta, Jawa Barat, yang mana seharusnya jadi pemahaman dan pemikiran khalayak bahwa kearifan seperti ini yang harus ditonjolkan agar khalayak dapat selalu menjaga dan menerapkan kearifan lokal menjadi hal yang diutamakan terutama dalam bidang kepariwisataan.
 (shely)



Saya (shely) mewawancarai bpk. Yayan (KOMPEPAR) di depan pintu gerbang masuk Pasir Mantri, Situ Wanayasa